Individu, Keluarga dan Masyarakat
Manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk yang
lainnya. Hal itu disebabkan karena manusia memiliki akal dan pikiran yang
dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia pun juga memiliki naluri. Naluri
untuk hidup lebih baik, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, naluri untuk
dapat hidup dengan layak dan sebagainya. Namun, manusia tidak dapat hidup
sendiri, karena manusia tidak dapat beraktifitas atau melakukan semua
kegiatannya secara sendiri. Oleh karena itu, manusia disebut makhluk sosial.
Makhluk sosial itu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu akan
membutuhkan bantuan orang lain. Tetapi, setiap manusia diwajibkan untuk
berusaha terlebih dahulu, tidak harus selalu mengharapkan bantuan dari orang
lain, karena manusia pun makhluk individu. Yang dimaksud makhluk individu
adalah setiap manusia memliki kebutuhan berbeda, keinginan berbeda sehingga
melakukan aktifitasnya masing-masing.
Tetapi secara
harfiah, individu memiliki arti khusus. Individu
berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu
menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan
seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan
berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan
sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Nah sudah
jelas bukan bahwa individu itu adalah manusia perseorangan.
Pengertian
lain dari individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang
bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang
lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan:
pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua
takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004:
64). Individu yang baik itu tergantung dari pribadinya masing-masing, tegantung
mau dibawa kemanakan pribadinya tersebut. Baik ataupun buruknya pasti akan
membawa dampak dan efek baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang
disekitarnya. Oleh karena itu, pola pribadi seseorang itu pasti berbeda sesuai
apa yang dikatakan oleh Hartomo tadi pada kutipan diatas.
Secara umum,
ada kemungkinan individu dapat menjadi seorang individu yang baik, ataupun yang
buruk. Yang pertama, individu yang baik atau yang buruk itu bisa diciptakan
dari pribadi atau dalam dirinya masing-masing. Yang kedua, dari faktor
pergaulan atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitarnnya. Yang ketiga,
dari cara dan pola pikir individu tersebut. Yang keempat, dari perkembangan
teknologi yang berasal dari dunia maya, karena dunia maya dapat memberikan
suatu pengaruh yang baik maupun buruk. Yang kelima, dari didikan orang
terdekatnya, seperti orang tua atau saudaranya. Namun yang jelas, setiap
individu pasti ingin menjadi seorang yang memiliki karakter atau kepribadian
yang baik, bukan yang jelek atau buruk. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap
individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar,
namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat.
Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
Setiap individu pasti
memliki keluarga, dimana keluarga adalah asal muasal terbentuknya setiap
individu. Pengertian dari keluarga
menurut Narwoko adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga
atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia,
keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat
terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu (Narwoko dan Suyanto,
2004, p. 14). Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
“kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.
Keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yakni
keluarga batih atau keluarga inti (conjugal family) dan keluarga kerabat
(consanguine family). Conjugal Family atau keluarga batih didasarkan atas
ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, istri, dan anak-anak mereka
yang belum kawin. Lain halnya dengan consanguine family. Keluarga
hubungan kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada
pertalian kehidupan suami istri, melainkan pada pertalian darah atau
ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi
yang mungkin berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat
lain yang berjauhan. “Kesatuan keluarga consanguine ini disebut juga
sebagai extended family atau keluarga luas” (Narwoko dan Suyanto, 2004, p.
14).
Dari beberapa pernyataan diatas yang telah
disebutkan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu unit
kecil dalam masyarakat, minimal terdiri dari dua orang, memiliki hubungan yang
sah dan terikat yaitu pernikahan, memiliki hubungan sedarah, memiliki kepala
keluarga sebagai pemimpin keluarga dan memiliki anggota keluarga, hidup dalam
satu rumah tangga yang sah, memiliki interaksi masing-masing dalam setiap
anggota keluarga maupun kepala keluarga, memiliki peran dan fungsi
masing-masing, memiliki rasa saling memiliki, saling menghormati, saling
menghargai satu sama lain, bisa memperkenalkan, mempertahankan kebudayaannya, mempunyai
peraturan yang dibuat berdasarkan kesepakatan seluruh anggota keluarga dan
tidak boleh dilanggar oleh siapapun termasuk kepala keluarga itu sendiri.
Keluarga sangat berperan bahakan bisa dibilang
merupakan peran terpenting dalam membentuk suatu individu. Baik secara fisik,
moral, mental maupun kepribadian, semua itu yang mengatur atau mempengaruhi
suatu individu adalah keluarga. Apabila dalam keluarga tersebut, suatu individu
di didik dengan cara yang baik dan benar, maka akan menghasilkan suatu individu
yang baik dan benar pula. Namun sebaliknya, jika suatu individu di didik dengan
cara yang salah, maka akan menghasilkan pula suatu individu yang salah pula,
baik dari mental, kepribadian, tingkah laku dan tata krama, dan sebagainya. Oleh
karena itu, apabila ada suatu individu yang memiliki kepribadian yang baik
ataupun jahat, itu semua pasti didasarkan kepada keluarganya.
Dalam sebuah keluarga, tentu setiap anggota
keluarga memiliki peran masing-masing yang jelas-jelas berbeda. Mulai dari
seorang ayah, seorang ibu sampai seorang anak tentu memiliki peran
masing-masing. Peran yang mereka jalankan tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi keluarganya dan jalan kehidupan keluarganya.
Pertama
dimulai dengan peran seorang ayah. Seorang ayah harus memiliki jiwa
kepemimpinan yang baik, besar dan bertanggung jawab, karena seorang ayah
berperan utama sebagai pemimpin sebuah keluarga. Lalu harus bisa berperan
menjadi seorang ayah dari anak-anaknya dan menjadi seorang suami dari istrinya.
Seorang ayah berperan juga sebagai pencari nafkah atau bisa menjadi tulang
punggung keluarganya. Berperan pula sebagai pelindung bagi seluruh anggota
keluarganya,sebagai pendidik untuk istri dan anak-anaknya, sebagai pemberi rasa
aman dan nyaman dalam keluarganya. Terkadang seorang ayah juga harus bisa
menjadi seorang ibu, dalam arti bisa melakukan semua atau setidaknya sebagian
tugas dari seorang ibu apabila suatu saat ditinggal oleh istrinya kelak. Itu
semua wajib dan mutlak harus dimiliki oleh setiap ayah dalam sebuah keluarga.
Lalu yang kedua adalah peran seorang ibu. Seorang
ibu juga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Seorang ibu
harus memiliki jiwa penyayang, penyabar dan harus memiliki sikap serta sifat
yang keibuan. Peran utama seorang ibu adalah mengurus rumah tangganya. Seorang
ibu harus bisa berpean menjadi sebagai ibu dari anak-anaknya dan sebagai istri
dari suaminya. Lalu seorang ibu juga harus bisa berpean sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya. Seorang ibu berperan sebagai pelindung bagi keluarganya
pula walaupun itu merupakan peran seorang ayah. Seorang ibu dapat berperan pula
sebagai pembantu suaminya untuk mencari nafkah, walaupun itu merupakan tugas
utama seorang suami. Terkadang seorang ibu juga harus bisa menjadi seorang
ayah, dalam arti bisa melakukan sebagian yang biasa diperankan oleh seorang
ayah, seperti mencari nafkah, pemberi rasa aman dan nyaman, apabila suatu saat
suaminya dalam kondisi yang tidak baik atau ditinggal oleh suaminya kelak. Itu
semua wajib dan mutlak harus dimiliki oleh setiap ibu dalam sebuah keluarga.
Lalu yang ketiga adalah peran seorang anak. Dalam
sebuah keluarga, anak juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Pertama
peran seorang anak adalah melaksanakan semua perintah atau tugas yang telah
diberikan oleh sang ayah atau sang ibu yang tentu harus dilaksanakan selama itu
positif dan baik. Harus menghormati kedua orang tuanya dan mematuhi semua
peraturan yang ada atau yang telah dibuat. Harus bisa menjadi penyemangat bagi
kedua orang tuanya dan penghibur agar menciptakan suasana yang lebih harmonis
dan nyaman. Bisa membantu kedua orang tuanya bila dalam keadaan sulit atau
keluarganya dalam keadaan yang tidak baik. Itu semua setidaknya harus bisa
diperankan oleh setiap anak dalam keluarga.
Setiap keluarga pasti memiliki tugas yang pada
dasarnya tugasnya itu semua sama pada setiap keluarga. Ada delapan tugas pokok yang
menjadi tugas setiap keluarga. Berikut adalah beberapa tugas yang merupakan
tugas pokok keluarga :
1.
Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.
Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga.
3.
Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4.
Sosialisasi antar anggota keluarga.
5.
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6.
Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7.
Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat
yang lebih luas.
8.
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Nah
tugas-tugas tersebut wajib dijalankan karena pada dasarnya sangat menyangkut
dengan kelangsungan hidup dalam berkeluarga dan tentunya bila ingin menjadi
sebuah keluarga yang baik harus bila menjalankan setiap poin-poin yang disebutkan
diatas tadi.
Selain tugas, keluarga juga memiliki
fungsi yang dapat dijalankan. Fungsi setiap keluarga bisa berbeda namun
memiliki inti yang sama. Fungsi-fungsi tersebut tentunya sangat berguna untuk
setiap anggotanya maupun untuk kelangsungan hidup setiap keluarga. Fungsinya
antara lain adalah fungsi pendidikan (fungsinya untuk mendidik dan untuk
mendewasakan anak yang dibina oleh kedua orangtuanya). Fungsi yang kedua adalah
fungsi rohani atau religius (fungsinya untuk mengenalkan kepada anak dan
keluarga tentang pentingnya ilmu religius dalam kehidupan dan dapat menanamkan
keyakinan kepada keluarga bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini
dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini). Fungsi yang ketiga adalah fungsi
perlindungan (fungsinya untuk melindungi seluruh anggota keluarga dimana peran
utamanya adalah orangtua yang melindungi dari berbagai ancaman yang dapat
merusak atau mengganggu kehidupan keluarga tersebut). Fungsi yang keempat
adalah sosialisasi (fungsinya untuk memperkenalkan cara bersosialisasi dengan
baik dan benar dengan masyarakat atau lingkungan sekitar yang seharusnya
diperkenalkan sejak anak usia remaja atau bahkan dini). Yang kelima adalah
fungsi ekonomis (fungsinya untuk mencari sumber-sumber kehidupan terutama masalah
keuangan yang tentunya menjadi tanggung jawab seorang ayah atau suami), Yang
keenam adalah fungsi rekreatif ( fungsinya untuk memberikan hiburan yang
kesannya menyenangkan, mempererat hubungan dan sosialisasi dengan keluarga
tetapi tidak harus selalu dengan berekreasi atau bertamasya). Yang ketujuh
adalah fungsi biologis (fungsinya untuk memberikan pengetahuan tentang
pentingnya menerusnya keturunan sebagai generasi penerus). Yang kedelapan
adalah fungsi perasaan (fungsinya adalah untuk menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota keluarga yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar anggota keluarga).
Fungsi keluarga lainnya juga
dijelaskan oleh Narwoko dan Suyanto (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 214-217).
Fungsinya adalah antara lain fungsi keturunan, fungsi sosialisasi atau fungsi
pendidikan, fungsi ekonomi atau fungsi unit produksi, fungsi pelindung, fungsi
penentuan status, fungsi pemeliharaan dan fungsi afeksi. Itu semua intinya sama
seperti fungsi umum yang disebutkan tadi. Namun pengertiannya mungkin berbeda
karena memiliki cara pandang dan pendapat yang berbeda.
Keluarga adalah sekumpulan yang
terbentuk dari beberapa individu yang memiliki hubungan darah dan bersatu.
Namun, keluarga pun bisa membentuk suatu perkumpulan yang disebut masyarakat.
Masyarakat secara umum adalah sekumpulan individu atau keluarga atau kelompok
yang membentuk suatu sistem yang bisa dijalankan apabila ada interaksi antar
sesama. Dalam bahasa inggris, biasa
disebut society. Berbeda dalam bahasa arab yang biasa disebut musyarak
atau syakara.
Dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan pengertian masyarakat secara umum adalah sekumpulan orang yang
memiliki hubungan erat, kumpulan sekian banyak individu atau kelompok yang
terikat oleh adat, hukum dan peraturan, kumpulan individu-individu yang mandiri
dan hidup berdampingan dalam waktu yang cukup lama, kumpulan individu yang
memiliki interaksi antar sesama dan saling menguntungkan.
Ada beberapa faktor atau unsur-unsur masyarakat yang disebutkan oleh Soerjono
Soekanto. Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat
unsur-unsur seperti beranggotakan minimal dua orang, anggotanya sadar sebagai
satu kesatuan, berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota masyarakat, menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan
serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. Itu semua bisa menjadi acuan sebagai unsur
yang penting dalam sebuah sistem masyarakat.
Masyarakat
dapat dikatakan baik apabila mereka memiliki komunikasi, hubungan dan kesadaran
diri yang baik antarsesama. Hal itu dapat menciptakan suatu kondisi yang aman,
baik, kondusif, yang memungkinkan untuk
saling bertukar pikiran(hal positif) satu sama lain, sehingga dapat saling
menguntungan antarsesamanya, bukan hanya sebagian saja. Interaksi dalam
masyarakat itu sangat penting, karena hal tersebut mutlak dibutuhkan untuk
dapat menjalin silaturahmi, kekerabatan dan kerukunan antarsesama.
Masyarakat
bisa menjadi sebuah hubungan yang erat seperti halnya persahabatan atau bahkan
menjadi seperti keluarga karena memiliki hubungan seperti halnya keluarga
sendiri. Namun sebaliknya, hubungan masyarakat bisa menjadi sebuah hubungan
tidak harmonis apabila diwarnai oleh tindakan saling acuh tak acuh antar
individu atau kelompok, saling ejek-mengejek atau mencela, munculnya sikap
angkuh dan sombong dalam suatu individu karena merasa bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Itu semua harus dihindari karena dapat menimbulkan hubungan
yang tidak harmonis atau bahkan dapat menimbulkan perpecahan yang terkadang
masih sering terjadi.